logo hidayatullah

logo hidayatullah
gerakan perjuangan Islam

Jumat, 24 Desember 2010

Tahun baru masehi : Sejarah kelam penghapusan jejak islam

Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2010 akan segera berganti, dan tahun 2011 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi satu pekan yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?
Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

Perayaan Tahun Baru
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu
Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year's Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa pekan yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.

Bagaimanakah Kita Menyikapi Tahun Baru Masehi?
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Bolehkah Merayakannya?
Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.
Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Keburukan yang Ditimbulkan
Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:
1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.
3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika…
4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah. Wallahu a’lam…
(Amr/dari berbagai sumber)

Kamis, 16 Desember 2010

SEPUTAR MUHARRAM 2

Bulan Muharram: Karakteristik dan Keutamaan Bulan Sakral


Tepat pada tanggal 7 Desember, 2010, akan menjadi awal tahun Hijriyah. Penetapan penanggalan hijriyah tidak pelas dari Umar Ibn al-Khattab ra sang perintis tahun hijriyah. Semua tahu, bahwa Hijriyah identik dengan kalender islam, dan Masehi identik dengan penanggalan barat (nasrani). Terlepasa dari identitas masing-masing, ternyata jumlah bulan yang ada tidak berbeda. Al-Qur’an sebagai kitab suci sacral menginformasikan bahwa jumlah bulan di sisi-Nya itu 12 bulan sejak diciptakan langit dan bumi.
Nabi Saw, manusia paling hebat, yang diyakini sebagai utusan-Nya, juga menyampaikan, bahwa bulan dalam islam itu ada 12. Selanjutnya, masing-masing bulan itu memiliki karakteristik (keutamaan). Oleha karena itu, tidak sedikit dari masyarakat Jawa, Arab, Indonesia pada umumnya meyakini bulan-bulan tertentu sebagai bulan istimewa dan membawa berkah (hoki). Dan, tidak sedikit juga bahwa bulan-bulan tertentu itu kurang bagus, alias tidak membawa hoki (keberuntungan).
Terkait dengan pernyataan tuhan, bahwa jumlah bulan itu dua belas, Allah Swt berfirman:’’
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ (سورة التوبة6): 36 )
Artinya:’’ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. (Q.S at-Taubat (9: 36).
Nabi Saw juga ikut serta menjelaskan perihal bulan-bulan tertentu, beliau Saw juga menilai, di antara dua belas bulan itu, terdapat bulan-bulan sacral (suci). Dan, bulan Muharram (al-Muharram) termasuk bulan istimewa. Seorang ulama’ besar yang bernama Ibnu Rajab al-Hambali menulis sebuah karya ilmiyah yang diberinya judul ‘’Latoifu a-Maarif’’. Beliau mengklasifikasikan bahwa fadilah dan keutamaan bulan ‘’al-Muharram” menjadi beberapa kelompok:
a) Berpuasa dan Sholat Malam. Bulan Muharram adalah bulan suci (sacral). Nabi Saw menyebutnya dengan Sahrullah (Bulan Allah). Menurut beberapa literatur sejarah, pada bulan ini Nabi Saw mengawali sebuah pejalanan panjang (Hijrah), dari Makkah menuju Madinah. Peristiwa ini disebut dengan Hijrah, yang kemudian ditetapkan sebagai penanggalan islam oleh Umar Ibn al-Khattab. Pendapat ini masih menjadi polemik, karena ada sebuah teks yang menjelaskan bahwa Nabi Saw ber-hijrah pada bulan Rabiul Awwal. Terlepas dari polemik di atas, beribadah pada bulan ini, seperti; puasa sunnah, bersedekah, sangat besar pahalanya, hampir setara dengan puasa Romadhan. Di dalam sebuah hadis yang di riwayatkan Imam al-Hakim di dalam kitab ‘’al-Mustadrok’’-nya, Nabi Saw menuturkan:
عن أبي هريرة ، يرفعه إلى النبي صلى الله عليه وسلم أنه سئل : أي الصلاة أفضل بعد المكتوبة ؟ وأي الصيام أفضل بعد شهر رمضان ؟ فقال : « أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة في جوف الليل ، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان شهر الله المحرم » « هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ، ولم يخرجاه »
Artinya:’ Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a, di angkat dari Nabi, beliau Saw pernah ditanya:’’ sholat apakah yang paling utama setelah sholat lima waktu? dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa bulan suci Ramadhan? Nabi Saw menjawab:’’ sebaik-baik sholat setelah sholat lima waktu ialah sholat ditenggah malam (tahajud), dan sebaik-baik puasa setelah bulan suci ramadhan ialah bulan muharram’’[1]
Tidak berlebihan jika para ulama’ memberikan apresiasi luar biasa terhadap bulan Muharram, bahkan mereka berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, seperti puasa sunnah, sedekah, sholat malam. Dengan harapan, mereka benar-benar memperoleh berkah (kebaikan) yang sangat melimpah pada bulan ini. Kemulyaan bulan ini membuat Nabi Saw menggugah dirinya dengan menyebut ‘’ Sahru Allah’’ yang berarti bulan Allah. Di dalam literatur Arab, jika sebuah nama disandarkan pada nama Allah (al-Jalalah), yang demikian akan memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Seperti, Rumah Allah (Baitullah) Tamu Allah (Wafudllah), bulan Allah (Sahrullah Muharram).
Secara umum, anjuran berpuasa dan sholat malam pada bulan Muharram bersifat umum. Berarti, keistimewaan bulan Muharram itu sejak awal bulan hingga ahir bulan. Jika uamat islam mau dan mampu memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, maka ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika tidak bisa memanfaatkan fadilah bulan Muharram dengan sebaik-baiknya, termasuk orang yang merugi. Al-Qur’an Q.S al-Ashr menjelaskan: Demi masa, sesungguhnya manusia itu tergolong orang sangat merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling menasehati pada kebaikan dan kesabaran’’.[2] Sebab, belum tentu manusia itu bisa melewati bulan Muharam berikutnya, karena manusia tidak tahu kapan ajal menjemputnya.

1. b. Puasa Asura’ dan al-Tasuah (sembilan). Asura’ berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘’hari ke-sepuluh’’ bulan Muharram. Para Nabi dan utusan-Nya, senantiasa membiasakan puasa pada tanggal 10-Assura’, seperti Nabi Nuh a.s, Musa a.s,. Nabi Saw pernah menuturkan:’’Hari al-Syura’ yaitu hari dimana para Nabi melakukan puasa, maka berpuasalah hari itu, dan juga kalian semua.[3] Nabi Saw ternyata telah membiasakan puasa Asura sejak di Makkah, hanya saja beliau tidak pernah memerintah atau mengajak pengikutnya berpuasa. Begitu juga penduduk Qurais di Makkah sebelum Islam. Ketika Nabi Hijrah Ke Madinah, Nabi mengajak pengikiutnya untuk berpuasa. Sedangkan, ketika ada perintah kewajiban puasa Ramadhan, Nabi tidak lagi melakukan puasa al-Syura’.
Beliau mengatakan:’’ barang siapa yang ingin berpuasa, silahkan dan barang siapa yang ingin berhenti, silahkan[4]. Puasa pada hari al-Syura’ pahalanya sama deangan menghapus dosa-dosa setahun yang telah berlalu.[5] Pada hakekatnya, Nabi ber-azam (niat) berpuasa dua hari, yaitu hari kesepuluh (al-Syura’) dan kesembilan (al-Tasua). Akan tetapi, belum sempat melakukan, beliau sudah wafat. Menurut Imam al-Nawawi, Imam al-Syafii, Ahmad, Ishak, disunnahkan berpuasa pada tanggal Sembilan dan sepuluh, sebagaimana keterangan hadis di atas.[6] Pada tanggal sepuluh, berarti sunnah fi’liyah, dan pada tanggal Sembilan termasuk sunnah kauliyah (niat).
1. c. Hikmah Sepuluh al-Syura’. Sepuluh al-Syura’ memiliki seribu satu kisah yang menarik, seperti diturunkanya Adam dari langit, serta taubatnya (kembalinya) Nabi Adam a.s.[7]Umar bin Abd.Aziz pernah memberikan wejangan kepada masyarakatnya agar senantiasa berdo’a kepada Allah SWT, seperti do’anya Nabi Adam (Q.S al-A’rof, 23), juga do’anya Nabi Nuh, (Q.S Hud, 48), do’a Nabi Musa (Q.S al-Qosos, 16), do’a Dzun al-Nuun (Q.S al-Anbiya’, 87).[8] Di dalam sebuah Riwayat, Nabi Adam a.s ketika diturunkan dari surga, menangis dan bertaubat sekitar 300 tahun lamanya. Konon, tangisan itu mampu menembus lagit, sehingga malaikatpun turut menangis. Air mata Adam mampu menjadikan bumi subur, dan tumbuh-lah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.[9]
Di belahan dunia islam, khususnya Indonesia. Masyarakat muslim, serta lembaga pendidikan islam menyambut satu muharram dengan beragam kegiatan, seperti: jalan sehat, lomba tartil al-Qur’an, Dzikir bersama (berjama’ah), renungan tahun baru. Tradisi ini merupkan sunnah hasanah (cara yang bagus). Sehingga, pada tahun-tahun berikutnya, cara yang demikian dapat di lestarikan dan menjadi amal sholih bagi para perintisnya.
Di sisi lain, merayakan 1 Muharram dengan beragam kegiatan positif diharapkan menjadi budaya tandingan bagi mereka yang merayakan tahun baru masehi dengan hedonis dengan menghabur-hamburkan materi (mubaddir). Alangkah baiknya, jika malam tahun baru hijiriyah digunakan do’a bersama untuk memohon kepada-Nya, agar bangsa Indonesia diberikan kekuatan, kesabaran di dalam menghadapi ujian-ujian yang bertubi-tubi. Dan, malam 1 Muharram juga menjadi kesempatan untuk ikut serta memberikan sebagian dari rejeki untuk saudara-saudara sebangsa dan setanah Air yang sedang tertimpa musibah dan bencana.


________________________________________
[1] . H.R Al-Hakim, di dalam kitab ‘’al-Mustadok’’ 3/174, no 1104.
[2] . Q.S al-Asri,
[3] . Al-Hambali, Ibnu Rajab- Latoifu al-Maarif, 1/68- Maktabah Nazar Mustafa al-Baz, 1997.
[4] . H.R Imam al-Bukhori Fi Bab al-Syaum.
[5] . H.R Musim, 2803. Bab al-Saum.
[6] . Imam Muslim. Shohih Muslim bi Sarah al-Nawawi, 21/8-Dar al-Qutub al-Ilmiyah-Beirut. 1995
[7] . Lihat Tfasir, Q.S al-Baqarah, 37.
[8] . Lataoif al-Maarif, 1/81-
[9] . al-Tawwabin, taubatnya Nabi Adam a.s.

SEPUTAR MUHARRAM

Beberapa hari lagi kita akan memasuki Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1429 H. Untuk itu, dianjurkan agar dalam menyambut tahun baru tersebut kita melakukan perenungan tentang:

1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.

3. Mengenang Hijrah Rasulullah SAW
Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan di dalamnya.

Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).
Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha" (Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.

b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)
c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“
Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.

Bagaimana Berpuasa di bulan Asyuro :
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis yang shahih, dimana pada akhir hidup beliau sudah merencanakan untuk puasaRasulullah pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein di sebuah tempat yang bernama Karbala. Peristiwa inicucu Rasulullah kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca , dan kitakisahnya, apalagi terhadap orang yang dicintai Rasulullah tentu mencintai dan memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan , hal itu janganbetapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan memukul-mukul diri, yang tidakmenangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian.

e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada.
telah mengajarkan pada kitaRasulullah agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, wal'iyadzubillah.
Smoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

Oleh: Islamhouse team Indonesia

Selasa, 07 Desember 2010

kajian 1 Muharam 1432

Assalamualaikum Warohmatullahi wabarokaatuh.
Berkenaan dengan memulai tahun baru hijriah 1432, mari kita sejenak menyimak informasi dari Allah SWT sekaligus menjadi evaluasi bagi diri kita. Allah berfirman
QS: Al- HASR:18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Inti dari ayat ini adalah hendaknya setiap diri, setiap jiwa memperhatikan apa yang telah mereka perbuat untuk persiapan menghadap dan kembali pada Allah SWT, karena Allah menciptakan manusia bukanlah dengan percuma sebagaimana disampaikan dalam surat Al-Mu’minun 115.
115. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Setiap manusia hendaklah mempunyai planning yang jelas dalam hidup dan kehidupannya di dunia terkait masalah waktu yang telah Allah sediakan selama didunia. Karena Waktu sangat penting dalam Islam.
Oleh karena itu maka Allah SWT khusus tentang waktu Allah telah bersumpah sebagaimana yang dijelaskan dalam surta al ‘Ahsr 1-3 yang berbunyi
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Dalam ayat ini Allah swt bersumpah “Demi waktu, demi masa, demi kesempatan yang Allah berikan kepada manusia untuk berada didalamnya melaksanakan segala aktifitas dalam kehidupannya bahwa sesungguhnya manusia itu dalam kondisi rugi bahkan dalam salah satu tafsir dijelaskan dalam kondisi yang halakat (celaka) manakala waktu kesempatan yang Allah berikan kepadanya tidak dipergunakan dalam rangka iman dan taat kepada Allah SWT. Siapaun dia , apapun status sosialnya apakah tukang sapu, kuli banguan, direktur sampai presiden sekalin. Mereka akan senantiasa berada dalam kerugian dan kecelakaan. Kalau waktu dan kesempaan yang Allah berikan benar – benar tidak dipergunakan dalam rangka taat kepada Allah SWT, karena sebenarnya untuk itulah Allah SWT mengadakan seluruh manusia di dunia ini. Oleh karena itu kalau kita tidak ingin menjadi orang yang rugi dan celaka baik dalam kehidupan dunia, lebih – lebih di akhirat kelak maka ada 4 solusi yang Allah tawarkan dalam surat ini yang harus senantiasa ada dalam diri manusia yaitu :
1. Iman
2. Amal sholeh
3. Saling berpesan dalam kebenaran
4.Saling berpesan dalam kesabaran.
Penjabaran
1.Iman dan amal sholeh
iman yang bagaimanakah yang akan mampu menyelamatkan kita dari kerugian dan kecelakaan ?.
Allah sampaikan Dalam surat Al- An’am 82.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.


. Kata Zalim yang dimaksud ayat ini adalah kemusrikan sebagaimana yang Allah sampaikan dalam surat Al –lukman ayat 13. ketika Lukman berpesan kepada putranya.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."

Iman dan amal sholeh merupaka satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan sebagaimana yang disabdakan Nabi. Iman seseorang tidak akan pernah diterima disisi Allah tanpa adanya amal dan amal tidak akan pernah ada gunanya disisi Allah tanpa adanya Iman.
Sebagaimana hal ini juga ditegaskan Allah dalam Alquran. An nahl ayat 97
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “
[839]. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.



Siapa saja yang beramal sholeh baik itu laki –laki dan perempuan dalam kondisi iman ,maka akan diberikan kehidupan yang baik oleh Allah SWT baik kehidupan dunia maupun dalam kehidupan di akhirat kelak.Meraka akan diberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan di dunia.
Iman dan amal sholeh yang seperti inilah yang akan mampu menyelamatkan manusi pada umumnya dari kecelakaan dan kerugian yang Allah sampaikan dalam ayat ini.(al- Ashr ayat 2 )

3.Berpesan dalam kebenaran dan kesabaran.
Berpesan dalam kebenaran disini yang dimaksud adalah berpesan dengan Alquran. Sebab salah satu nama lain dari Al-Quran juga berarti kebenaran. sebagimana yang Allah sampaikan dalam surat al hadid ayat 19 . yang artinya “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Saling berpesan dengan kesabaran.
1. Sabar dalam menjalankan segala perintah Allah
2. Sabar dalam menjauhi larangaan Allah
3. Sabar yang berhubungan dengan manusia, baik fitnah, gunjingan dan lain – lain yang berasal dari akibat ulah manusia.
Semoga dengan datanganya Tahun baru hijriah 1432 H ini, kita semua bisa mengintropeksi diri kita masing – masing agar senantiasa bisa menjadi hambaAllah yang lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya

Sabtu, 04 Desember 2010

Orang - orang kafir yang sesungguhnya dan Isa bukan Tuhan

Assalamualaikum wr... wb.
Dalam surat An-nisa 150 - 151 Allah berfirman yang artinya
150. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan[373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),
151. Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.

[373] Maksudnya: beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya.

Sebagai muslim, kita wajib koreksi diri kita, apakah kita sudah benar - benar dalam keimanan kita.Apakah kita sudah merasa puas dengan keimanan kita ?
sebagai konsekwensi dari shahadat, kita wajib mentaati Allah dan Rosul. Taat kepada Allah saja tidak boleh, dan taat kepada rosul saja juga tidak boleh. apalagi tidak taat kepada keduanya.Begitu kita menyatakan berislam,dengan bersyahadat, maka secara sadar kita menjual diri kita kepada Allah dan rosul (Muhammad). kita akan jadi orang kafir sesungguhnya apabila kita tidak menyukai amalan sunnah.cacat sunnah namanya. atau juga tidak merosulkan Nabi Muhammad.Allah sangat melaknat orang 2 yang tidak merosulkan/ tidakmenjunjung tinggi sunnah dengan memberi gelar "kafir yang sesungguhnya". lebih parah dari orang 2 kafir/musrik.

Sunnah tidak bisa diartikan dengan pengertian apabila dilaksanakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan "tidak apa- apa" tapi berpahala jika dilaksanakan dan rugi bila ditinggalkan. bagaimana tidak? Allah memberikan peluang dengan adanya amalan sunnah. itulah kemurahan Allah kepada hambanya.

oleh karena itu mari kita ambil islam ini denagan paket komplit. Taat pada Allah dan taat pada rosul dengan porsi masing - masing. Allah sebagi sang kholik dan Muhammad sebagai nabi. jangan sampai pula menjadikan nabi sama derajatnya dengan Allah sehingga kita terperangkap pada syirik dan akhirnya kafir pula kita. demikianlah difirmankan Allah dalam surat AN-Nisa 171
171. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya[384] yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya[385]. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

[383]. Maksudnya: janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.

[385]. Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
ini adalah Firman Allah yang wajib kita imani jika ingin selamat dunia akhirat.Bahwa Nabi tidaklah sederajat dengan Allah sebagai pencipta.Nabi adalah utusan, bukan Tuhan. Isa adalah Nabi, bukan Tuhan sebagaimana yang para ahli kitab(pendeta 2) sebarkan dan yang diimani pemeluk Kristen. Satu ayat ini cukup untuk mengubah orang kristen menjadi muslim, mengubah penghuni neraka menjadi penghuni surga.
Semoga Allah selalu memberi kita hidayah

Kamis, 02 Desember 2010

Kebiadaban Zionis Israel terhadap Palestina



Selasa, 23 November 2010

Gayus dan Fenomena Rusaknya Pemegang Amanah

Gayus dan Fenomena Rusaknya Pemegang Amanah
Monday, 15 November 2010 11:02
E-mail Print PDF
Ketika amanah telah dikhianati, sedang keyakinan dinodai, maka, apa lagi yang masih tersisa?

Oleh: Hartono Ahmad Jaiz & Hamzah Tede



Kasus tahanan bernama Gayus Tambunan yang bisa “ngelencer” ke luar tahanan, meski seharusnya ia berada di balik jeruji besi mengagetkan banyak kalangan. Ia bahkan secara bebas “berkeliaran” dengan mengeluarkan uang sogokan ratusan juta rupiah.

Kompol Iwan mengakui, ia telah mendapatkan uang sekitar Rp 370 juta dari Gayus yang diperolehnya sejak Juli hingga Oktober 2010.

Dikabarkan, sejak Juli 2010, sebenarnya Gayus tidak mendekam di tahanan Mako Brimob. Kecuali, bila esok harinya Gayus akan menjalani persidangan, malam harinya ia hadir di tahanan.

Memang ironis. Ketika sebagian rakyat Indonesia kesulitan bayar uang sekolah, sementara itu Gayus Tambunan, terdakwa kasus mafia pajak yang seharusnya mendekam di tahanan, menghambur-hamburkan uang ratusan juta rupiah sehingga bisa bebas keluar tahanan, bisa menonton pertandingan tenis antara Daniela Hantuchova dan Yanina Wickmayer dalam ajang Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Bali (Jum’at tanggal 5 November 2010

Bandingkanlah dengan kasus banyaknya orang yang tak mampu bayar uang sekolah. Di Jakarta, misalnya di perkampungan nelayan tradisional Muara Angke, Jakarta Utara, yang tak jauh dari kantor para wakil rakyat berkiprah, banyak kita saksikan orangtua tak mampu membiayai anak mereka sekolah.

Di tempat yang tak jauh dari Istana Negara tempat presiden beraktivitas itu, menurut Sinar Harapan edisi Sabtu 17 April 2010, terdapat sejumlah anak usia sekolah yang pontang-panting cari duit agar tetap bisa melanjutkan pendidikan.

Antara lain terjadi pada diri Chusnul Khotimah (17 tahun) siswa kelas 12 sebuah SMK di sana. Ayahnya terkena stroke dan ibunya tidak punya pekerjaan tetap. Akibatnya, Chusnul sering nunggak bayar SPP. Karena malu, Chusnul jadi sering bolos. Jangankan untuk bayar SPP, untuk makan saja ia kesulitan.

Beruntung, kesulitan Chusnul mendapat respon positif dari salah seorang gurunya, guru Bahasa Inggris. Chusnul diberdayakan: membantu apa saja, termasuk mengoreksi hasil tugas murid-murid sang guru. Bahkan Chusnul sampai menginap di rumah sang guru, karena tugas yang harus diselesaikannya baru selesai hingga tengah malam.

Akibatnya, Chusnul harus meninggalkan adiknya, Aisyah (15 tahun), yang juga punya persoalan sama: sering nunggak SPP, bolos sekolah karena tak ada ongkos, menahan lapar dan haus karena tak punya uang untuk beli makanan. Berbeda dengan Chusnul yang diberdayakan, sehingga punya sedikit penghasilan untuk bayar SPP dan ongkos menuju sekolah, Aisyah menempuh cara yang berbeda. Ia merayu sang pacar setiap butuh uang untuk bayar SPP dan sebagainya. Sebuah solusi yang rawan, karena bisa terperosok kepada perbuatan mendekati zina bahkan zina itu sendiri.

Selain Chusnul dan Aisyah, masih ada sejumlah anak usia sekolah yang bernasib sama, antara lain Ridwan Saleh (18 tahun), Daniri (17 tahun), Ari Marwan (17 tahun), Supian (15 tahun), dan sebagainya. Mereka sering nunggak SPP karena ketiadaan biaya, bahkan ada yang terancam tidak bisa ikut Ujian Nasional (UN). Orangtua mereka ada yang sudah meninggal, pengangguran, buruh kasar, pemulung, tukang becak, petani, dan sebagainya.

Kalau yang berada di dekat pusat kekuasaan saja masih kesulitan, apalagi yang jauh. Misalnya, sebagaimana terjadi di Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Menurut Harian Joglo Semar edisi Rabu 05 Mei 2010, terdapat sekitar puluhan anak lulusan Sekolah Dasar dari keluarga miskin di Kecamatan Tangen, tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu diantaranya Ari Wibowo (13 tahun), warga Dukuh Kerjan, Katelan, Kecamatan Tangen, yang lulus SD tahun 2009 namun tidak bisa melanjutkan ke SMP, lantaran orangtuanya tak mampu. Sugimin (55 tahun), ayah Ari, sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Penghasilannya minim. Jangankan buat bayar sekolah, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja masih sangat kurang.

Masih di Jawa Tengah, kali ini di Rembang, seorang penarik becak bernama Jari, terpaksa menjual becak satu-satunya untuk melunasi tunggakan iuran sekolah anaknya di Madrasah Aliah Negeri (MAN) Rembang, Jawa Tengah. Besarnya tunggakan iuran sekolah mencapai Rp 1.265.000. Dari tunggakan sebesar itu, ia sudah melunasi Rp 400.000. Selebihnya ditutup dari hasil jualan becak.

Masih ada sembilan siswa-siswi lainnya yang bernasib sama. Mereka semula tidak diizinkan mengikuti kegiatan belajar dan tidak mendapatkan bangku sekolah pada Tahun Ajaran 2010-2011. Untungnya, pihak manajemen sekolah kemudian membuat kebijakan yang manusiawi, sehingga mereka tetap bisa sekolah, namun harus tetap melunasi tunggakan. (antarajateng.com edisi Selasa tanggal 13 Juli 2010).

Di Tasikmalaya, Jawa Barat, juga begitu. Menurut antarajawabarat.com edisi Kamis, 22 Jul 2010, terdapat sekitar 20 siswa kelas 11 SMK Al-Khoeriyah, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, pernah dilarang masuk sekolah karena belum melunasi administrasi keuangan sekolah seperti SPP. Salah satu diantaranya bernama Aziz.

Aziz jelas merasa kecewa akibat kebijakan manajemen sekolah yang melarang dirinya dan sejumlah siswa lainnya tidak boleh belajar selama urusan adminsitrasi belum dilunasi. Orangtua Aziz saat itu belum punya uang untuk melunasi iuran bulanan selama dua bulan dan daftar ulang sekolah, yang jumlah keseluruhannyanya ‘hanya’ sebesar Rp 300 ribu.

Selain Aziz, ada Erin warga kampung Sukasirna, Kelurahan Ciherang, Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya. Ia juga mengalami nasib serupa. Bahkan, yang membuat Erin sedih, pihak sekolah pada saat upacara bendera mengumumkan nama-nama siswa-siswi yang belum lunas biaya administasi, sekaligus menyampaikan kebijakan bahwa siswa-siswi bersangkutan tidak dizinkan masuk kelas. Hal inilah yang membuat Erin pingsan di lapangan upacara.

Orangtua Erin sehari-hari berjualan gorengan dengan penghasilan sekitar Rp 40 ribu per hari. Tunggakan yang harus dilunasi Erin ‘hanya’ Rp 500 ribu saja, terdiri dari angsuran uang bangunan sekolah dan uang daftar ulang sekolah. Tapi uang sejumlah itu bagi Erin dan keluarganya cukup berat untuk diperoleh dalam waktu singkat.

Bahkan, perlakuan sebagaimana terjadi pada Aziz dan Erin (siswa-siswi SMK di Tasikmalaya), juga harus dialami siswa sekolah dasar, sebagaimana menimpa kakak beradik siswa SD Negeri 1 Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Mereka adalah Ica Nur Safitri (kelas dua) dan kakaknya Karlina Saradevi (kelas empat). Ayah mereka, Baron, hanyalah seorang pemulung barang bekas di sekitar Kabupaten Lamongan, dan baru pulang sekitar 2-3 pekan sekali dengan penghasilan sekitar Rp200 ribu.

Ica dan Karlina belum melunasi kewajiban masing-masing sebesar ‘hanya’ Rp 330 ribu (atau kumulatif Rp 660 ribu), terdiri dari biaya daftar ulang, lembar kerja siswa (LKS) dan keperluan buku lainnya. Karena belum lunas, keduanya sempat dipulangkan. Hal ini yang membuat Sumirah (45 tahun), ibunda Ica dan Karlina sedih. “Apa tidak ada cara lain…”

Sumirah sendiri tidak tinggal diam menghidupi keluarganya. Ia bekerja sebagai pemungut sampah di Perum Gresik Kota Baru (GKB) dengan upah Rp 350 ribu per bulan. Sore hari Sumirah bekerja paruh waktu di salah satu usaha katering dengan upah Rp 400 ribu per bulan.

Namun penghasilan sebesar itu belum mencukupi kehidupan Sumirah dan sembilan anaknya. Bahkan, Karlina (putri keempat) ikut mencari nafkah. Usai sekolah, ia ngamen di jalanan sampai sekitar pukul 16:00 wib. Pulang ngamen, Karlina bergegas mengaji. Saat ini ia sudah menguasai Iqra’ IV. Subhanallah, himpitan ekonomi tak membuatnya lupa pada agama.

Bukti Kedhaliman

Contoh Gayus adalah bukti rusaknya para pemegang amanah di negeri Indonesia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { مَا مِنْ رَاعٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهَا إلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

'Barangsiapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan bau Surga atasnya'." (Hadits shahih riwayat Muslim - 203)

Di sisi lain, kita saksikan banyak musibah betubi-tubi, boleh jadi akibat ulah kita semua. Tengok saja, di hari-hari baik yaitu Bulan Dzulhijjah (bulan haji) yang puluhan pertamanya merupakan hari-hari paling baik sepanjang tahun, justru banyak kemusyrikan di mana-mana. Sampai-sampai ada kelompok yang ramai-ramai menanam kepala kerbau di Gunung Merapi yang meletus.

Padahal berqurban untuk selain Allah, baik itu disebut tumbal, sesaji ataupun apapun namanya, adalah upacara kemusyrikan, dosa paling besar, dapat menghapus keislaman, dan menjadikan kekal di neraka bila sampai matinya tidak bertaubat. Dan itu menjadikan murka Allah Ta’ala sehingga tidak mustahil menimpakan bencana.

Apalagi kenyataannya, para pelaku kemusyrikan dengan upacara-upacara yang mereka gelar itu justru mengikuti kemusyrikan yang dipegangi oleh penguasa yakni di antaranya Kraton setempat, Sebagaimana di tempat-tempat lain adalah pemerintah daerah setempat masing-masing. Sehingga duit yang berasal dari rakyat (mayoritas Muslimin) justru untuk menentang Allah sedahsyat-dahsyatnya yakni upacara kemusyrikan.

Ketika amanah telah dikhianati, sedang keyakinan telah dinodai bahkan diberangus dengan kemusyrikan, maka apa lagikah yang masih tersisa?
Kepada manusia, sudah dhalim dan tidak punya belas kasihan. Sedang kepada Allah Ta’ala telah mengkhianati sedahsyat-dahsyatnya dengan membuat tandingan sesembahan yang diberi sesaji didekati dengan qurban untuk selain Allah; maka di sinilah puncak kedhaliman yang sejati. Dalam al-Qur’an ada sebutan: dholuman jahula

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (72) لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا [الأحزاب/72، 73]

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan).

sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 72, 73).
Imam Al-Baghawi menjelaskan:
وقال الكلبي: ظلومًا حين عصى ربه، جهولا لا يدري ما العقاب في ترك الأمانة. (تفسير البغوي – (ج 6 / ص 381)
Al-Kalbi berkata: dhaluman (dhalim) ketika maksiat terhadap Tuhannya. Jahula (bodoh) tidak tahu apa siksaannya dalam meninggalkan amanah. (Tafsir Al-Baghawi juz 6 halaman 381).

Sadarilah wahai manusia, dan marilah kita bertaubat, agar kelak di akherat tidak menyesal dengan penyesalan yang tidak ada akhirnya.

Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede, penulis buku Pendangkalan Aqidah Berkedok Ziarah

Tiga Kunci Sukses Beribadah

Tiga Kunci Sukses Beribadah

kajian islam